GLOBAL WARMING
Pemanasan Global
Pemanasan
global adalah kejadian meningkatnya temperatur rata-rata atmosfer, laut dan
daratan Bumi. Peneliti dari Center for International Forestry Research (CIFOR),
menjelaskan, bahwa pemanasan global adalah kejadian terperangkapnya radiasi
gelombang panjang matahari (gelombang panas atau infra merah), yang dipancarkan
ke bumi oleh gas-gas rumah kaca. Ada enam jenis gas rumah kaca, yaitu
Karbondioksida ( CO ), Metana ( CH4 ), Nitrous oksida ( N2O ),
Hydroperfluorokarbon ( HFCs ), Perfluorokarbon ( CFCs ), Sulfur Heksaflorida (
SF6). Gas-gas ini secara alami terdapat di udara (atmosfer). Efek rumah kaca
adalah istilah untuk panas yang terperangkap di dalam atmosfer bumi dan tidak
bisa menyebar. Penipisan lapisan ozon juga memperpanas suhu bumi. Karena, makin
tipis lapisan-lapisan teratas atmosfer, makin leluasa memancarkan radiasi
gelombang pendek matahari (termasuk ultraviolet) memasuki bumi. Selanjutnya
radiasi gelombang pendek ini juga berubah menjadi gelombang panjang atau
gelombang panas matahari atau infra merah, sehingga semakin meningkatkan konsentrasi gas rumah
kaca. Lebih jelasnya prosesnya pemanasan gobal ini adalah sebagai berikut :
a.
Energi
yang masuk ke bumi mengalami serangkaian proses
b.
25%
energi dipantulkan oleh awan atau partikel lain ke atmosfer - 25% diadsorpsi
oleh awan
c.
45%
diadsorpsi oleh permukaan bumi
d.
5%
lagi dipantulkan kembali oleh permukaan bumi
e.
Energi
yang diadsorpsi oleh awan dan permukaan bumi (25%+45% = 70%) dipantulkan
kembali dalam bentuk radiasi infra merah atau gelomabang panas matahari
f.
Namun
sebagian besar infra merah yang dipancarkan bumi tertahan oleh awan, gas CO2
dan gas gas lain (efek rumah kaca), untuk dikembalikan ke permukaan bumi.
Dalam keadaan normal Efek
Rumah Kaca alami diperlukan untuk mengurangi perbedaan suhu antara siang dan
malam. Namun dengan meningkatnya Gas Rumah Kaca terutama (CO2), akan semakin
banyak gelombang panas matahari atau infra merah yang dipantulkan dari
permukaan bumi diserap atmosfer sehingga suhu permukaan bumi semakin meningkat.
PENYEBAB PEMANASAN GLOBAL
Planet Bumi telah menghangat
juga mendingin berkali-kali selama 4,65 milyar tahun sejarahnya. Pada saat ini,
Bumi menghadapi pemanasan yang cepat, para ilmuan beranggapan hal ini
disebabkan oleh aktifitas manusia. Indonesia adalah menjadi Negara terbesar
ke-3 di dunia setelah Cina sebagai penyumbang gas rumah kaca dari kebakaran
hutan dan pembakaran lahan gambut (yang diubah menjadi permukiman atau hutan
industri). Belum lagi volusi udara yang ditimbulkan dari asap kendaraan bermotor
di kota-kota besar, asap pabrik dari negara-negara industri. Bukan hanya itu, penyebab utama pemanasan ini
adalah pembakaran bahan bakar fosil, seperti batu bara, minyak bumi, dan gas
alam, yang melepas karbondioksida (CO²) dan gas-gas lainnya yang dikenal
sebagai gas rumah kaca ke atmosfer, yang menyebabkan Efek Rumah Kaca.
Ketika atmosfer semakin kaya
akan gas-gas rumah kaca ini, ia semakin menjadi insolator yang menahan lebih
banyak panas dari Matahari yang dipancarkan ke Bumi. Bumi memanas akibat dari sinar matahari yang
sudah masuk ke bumi tidak bisa keluar karena gas-gas rumah kaca ini membentuk
lapisan di atmosfer yang memantulkan sinar matahari. Hal ini terjadi akibat
peningkatan jumlah gas ini melebihi kemampuan tumbuhan dan laut untuk mengadsorpsinya.
Menurut perkiraan, efek
rumah kaca telah meningkatkan suhu bumi rata-rata 1-5°C. Bila kecenderungan
peningkatan gas rumah kaca tetap seperti sekarang akan menyebabkan peningkatan
pemanasan global antara 1,5-4,5°C sekitar tahun 2030. Dengan meningkatnya
konsentrasi gas CO2 di atmosfer, maka akan semakin banyak gelombang panas yang
dipantulkan dari permukaan bumi diserap atmosfer. Hal ini akan mengakibatkan
suhu permukaan bumi menjadi meningkat.
Bumi secara konstan menerima
energi, kebanyakan dari sinar matahari tetapi sebagian juga diperoleh dari bumi
itu sendiri, yakni melalui energi yang dibebaskan dari proses radioaktif
(Holum, 1998:237). Sinar tampak dan sinar ultraviolet yang dipancarkan dari
matahari. Radiasi sinar tersebut sebagian dipantulkan oleh atmosfer dan
sebagian sampai di permukaan bumi. Di permukaan bumi sebagian radiasi sinar
tersebut ada yang dipantulkan dan ada yang diserap oleh permukaan bumi dan
menghangatkannya.
Dampak Pemanasan Global
Para ilmuan menggunakan
model komputer dari temperatur, pola presipitasi, dan sirkulasi telah membuat
beberapa perkiraan mengenai dampak pemanasan global terhadap cuaca, tinggi
permukaan air laut, pantai, pertanian, kehidupan hewan liar dan kesehatan
manusia. Dijelaskan sebagai berikut :
Cuaca
Gejala yang sangat jelas dari pemanasan global
adalah berubahnya iklim, contohnya, hujan deras masih sering datang, meski kini
kita sudah memasuki bulan yang seharusnya sudah terhitung musim kemarau. Salah
satu contoh di Indonesia, misalnya kejadian banjir besar pada bulan Februari
2007 lalu yang merendam lebih dari separuh DKI Jakarta. Menurut perkiraan,
dalam 30 tahun terakhir ini, pergantian musim kemarau ke musim hujan terus
bergeser. Musim tanam akan lebih panjang di beberapa area. Temperatur pada
musim dingin dan malam hari akan cenderung untuk meningkat.
Daerah hangat akan menjadi
lebih lembab karena lebih banyak air yang menguap dari lautan. Kelembaban yang
tinggi akan meningkatkan curah hujan, secara ratarata, sekitar 1 persen untuk
setiap derajat Fahrenheit pemanasan. Badai akan menjadi lebih sering. Selain
itu air akan lebih cepat menguap dari tanah. Akibatnya beberapa daerah akan
menjadi lebih kering dari sebelumnya. Angin akan bertiup lebih kencang dan
mungkin dengan pola yang berbeda. Topan badai (hurricane) yang memperoleh
kekuatannya dari penguapan air, akan menjadi lebih besar. Berlawanan dengan
pemanasan yang terjadi, beberapa periode yang sangat dingin mungkin akan
terjadi. Pola cuaca menjadi tidak terprediksi dan lebih ekstrim.Saat sekarang
terutama 2-3 tahun ke belakang sangat sulit untuk memprediksi cuaca.
Tinggi
Permukaan Laut
Ketika atmosfer menghangat,
daerah bagian Utara dari belahan Bumi Utara (Northern Hemisphere) akan memanas
lebih dari daerah-daerah lain di Bumi dan lapisan permukaan lautan juga akan
menghangat, akibatnya gunung-gunung es di kutub terutama sekitar Greenland akan
mencair. Berdasarkan penelitian para ilmuan
yang tergabung dalam Lembaga Survei Antartika (BIA) barubaru ini, lebih
dari 1 juta hektar bongkahan es di wilayah bagian barat antartika atau lingkar
kutub selatan terancam meleleh atau pecah.
Tinggi permukaan laut di seluruh dunia telah
meningkat 10 - 25 cm (4 - 10 inchi) selama abad ke-20, dan para ilmuan IPCC
memprediksi peningkatan lebih lanjut 9 88 cm (4 - 35 inchi) pada abad ke-21.
Perubahan tinggi ratarata permuka laut ini diukur dari daerah dengan lingkungan
yang stabil secara geologi. Kenaikan muka air laut secara umum akan
mengakibatkan dampak sebagai berikut :
1.
Meningkatnya
frekuensi dan intensitas banjir
2.
Perubahan
arus laut dan meluasnya kerusakan manggove (hutan bakau)
3.
Meluasnya
intrusi air laut
4.
Ancaman
terhadap kegiatan sosial-ekonomi masyarakat pesisir
5.
Berkurangnya
luas daratan atau hilangnya pulau-pulau kecil
Pertanian
Orang mungkin beranggapan
bahwa Bumi yang hangat akan menghasilkan lebih banyak makanan dari sebelumnya,
tetapi hal ini sebenarnya tidak sama di beberapa tempat. Bagian Selatan Kanada
sebagai contoh, mungkin akan mendapat keuntungan dari lebih tingginya curah
hujan dan lebih lamanya masa tanam. Di lain pihak, lahan pertanian tropis semi
kering di beberapa bagian Afrika mungkin tidak dapat tumbuh. Daerah pertanian
gurun yang menggunakan air irigasi dari gunung-gunung yang jauh dapat menderita
jika snowpack (kumpulan salju) musim dingin, yang berfungsi sebagai reservoir
alami, akan mencair sebelum puncak bulan-bulan masa tanam. Seperti kita ketahui
para petani memakai cuaca sebagai patokan penanaman mereka, jadi jika salah
prediksi cuaca para petani bisa tidak panen
atau hasil panennya tidak bagus sehingga akan mengalami kerugian.
Hewan
dan tumbuhan
Hewan dan tumbuhan menjadi
makhluk hidup yang sulit menghindar dari efek pemanasan ini karena sebagian
besar lahan telah dikuasai manusia. Dalam pemanasan global, hewan cenderung
untuk bermigrasi ke arah kutub atau ke atas pegunungan. Akan tetapi,
pembangunan manusia akan menghalangi perpindahan ini. Spesies-spesies yang
bermigrasi ke utara atau selatan yang terhalangi oleh kota-kota atau
lahan-lahan pertanian mungkin akan mati. Beberapa tipe spesies yang tidak mampu
secara cepat berpindah menuju kutub mungkin juga akan musnah. Sedangkan
tumbuhan akan mengubah arah pertumbuhannya, mencari daerah baru karena habitat
lamanya menjadi terlalu hangat.
Kesehatan
manusia
Wabah penyakit yang biasa
ditemukan di daerah tropis, seperti penyakit yang diakibatkan nyamuk dan hewan
pembawa penyakit lainnya, akan semakin meluas karena mereka dapat berpindah ke
daerah yang sebelumnya terlalu dingin bagi mereka. Anopheles misalnya adalah
jenis nyamuk vektor utama penyakit malaria yang selama ini dianggap hanya mampu
berkembang biak pada daerahdaerah tropis saja dengan suhu tidak kurang dari 16
derajat celcius dan pada ketinggian kurang dari 1000 m. Namun laporan terakhir
menunjukkan nyamuk ini telah ditemukan juga di daerah-daerah subtropis dan pada
ketinggian yang sebelumnya tidak ditemukan anopheles seperti di Afrika Tengah
dan Ethiopia. Saat ini 45% penduduk dunia tinggal di daerah di mana mereka
dapat tergigit oleh nyamuk pembawa parasit. Persentase ini akan meningkat menjadi
60% jika temperature meningkat.
Perubahan temperatur,
kelembaban udara, dan curah hujan yang ekstrem mengakibatkan nyamuk lebih
sering bertelur sehingga vektor yang tertularkan penyakit pun bertambah.
Penyakit-penyakit tropis lainnya yang dapat menyebar melalui nyamuk ini yatu
seperti Malaria, Demam Berdarah Dengue (DBD), demam kuning, dan cikungunya.
Guru Besar Tetap Ilmu
Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (UNPAD), Ridad Agoes
mengungkapkan :
“Pemanasan
global mengakibatkan arbovirus seperti dengue dan parasit protozoa seperti
malaria sudah menyebar ke daerah-daerah yang sebelumnya tidak ada, nyamuk yang
menjadi vektor tersebut mampu untuk berkembang biak di daerah yang sebelumnya
dianggap terlalu dingin untuk mampu bertahan dan mengakibatkan siklus
perkawinan dan pertumbuhan nyamuk dari telur menjadi larva dan nyamuk dewasa
lebih singkat, sehingga jumlah populasinya akan cepat sekali naik, saat ini
setidaknya 270 juta penduduk dunia menderita malaria dan lebih dari 2 miliar
atau 42% penduduk bumi memiliki risiko terkena malari.”
Fenomena pemanasan global
yang berpengaruh terhadap keganasan penyakit. Para ilmuan juga memprediksi
meningkatnya insiden alergi, penyakit pernafasan dan radang selaput otak
((encephalitis),karena udara yang lebih hangat akan memperbanyak polutan, spora
mold dan serbuk sari. Akibat Pemanasan Global
yang berdampak pada bencana alam seperti banjir juga akan memicu masalah
kesehatan masyarakat lain, termasuk juga jenis penyakit lainnya seperti Diare,
Leptospirosis, Asma, Kanker Kulit dan Penyakit Paru Obstruktif Kronis (COPD).
Pada skala
kecil masyarakat dapat berpartisipasi dalam mengurangi akibatnya, antara lain
dengan :
1.
Menghemat
pemakaian air
2.
Mengurangi
penggunaan kendaraan pribadi
3.
Menggunakan
bahan pembersih, sabun yang aman bagi lingkungan.
4.
Mengurangi
pembakaran bahan yang tak dapat didaur ulang
5.
Menghijaukan
lingkungan sekitar dengan penanaman pohon
6.
Memperhatikan
kebersihan lingkungan sekitar
7.
Membuat
kompos
8.
Mendorong
usaha kerajinan dengan bahan sisa yang bisa didaur ulang
9.
Menggunakan
lampu hemat energi
Komentar
Posting Komentar