Pendekatan Kontekstual dan Saintifik
A. PENDEKATAN
KONTEKSTUAL
1. Pengertian
pendekatan Kontekstual
Pembelajarn
kontekstual (Contextual Teaching and learning) adalah konsep belajar
yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi
dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan
melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme (Constructivism),
bertanya (Questioning), menemukan ( Inquiri), masyarakat belajar
(Learning Community), pemodelan (Modeling), dan penilaian
sebenarnya (Authentic Assessment)
- Merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga siswa memiliki pengetahuan/ keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan /konteks ke permasalahan/ konteks lainnya.
- Merupakan konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan mendorong pebelajar membuat hubungan antara materi yang diajarkannya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat
2. Pemikiran
tentang belajar
Pendekatan
kontekstual mendasarkan diri pada kecenderungan pemikiran tentang belajar
sebagai berikut.
1. Proses
belajar
·
Belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa harus
mengkontruksi pengetahuan di benak mereka.
·
Anak belajar dari mengalami. Anak mencatat sendiri
pola-pola bermakna dari pengetahuan baru, dan bukan diberi begitu saja oleh
guru.
·
Para ahli sepakat bahwa pengetahuan yang dimiliki
sesorang itu terorganisasi dan mencerminkan pemahaman yang mendalam tentang
sesuatu persoalan.
·
Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi
fakta-fakta atau proposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang
dapat diterapkan.
·
Manusia mempunyai tingkatan yang berbeda dalam
menyikapi situasi baru.
·
Siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan
sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide.
2. Transfer
Belajar
·
Siswa belajar dari mengalami sendiri, bukan dari
pemberian orang lain.
·
Keterampilan dan pengetahuan itu diperluas dari konteks
yang terbatas (sedikit demi sedikit)
·
Penting bagi siswa tahu untuk apa dia belajar dan
bagaimana ia menggunakan pengetahuan dan keterampilan itu
3. Siswa
sebagai Pembelajar
·
Manusia mempunyai kecenderungan untuk belajar dalam
bidang tertentu, dan seorang anak mempunyai kecenderungan untuk belajar dengan
cepat hal-hal baru.
·
Strategi belajar itu penting. Anak dengan mudah
mempelajari sesuatu yang baru. Akan tetapi, untuk hal-hal yang sulit, strategi
belajar amat penting.
·
Peran orang dewasa (guru) membantu menghubungkan
antara yang baru dan yang sudah diketahui.
·
Tugas guru memfasilitasi agar informasi baru bermakna,
memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan ide mereka
sendiri, dan menyadarkan siswa untuk menerapkan strategi mereka sendiri.
4. Pentingnya
Lingkungan Belajar
·
Belajar efektif itu dimulai dari lingkungan belajar
yang berpusat pada siswa. Dari guru akting di depan kelas, siswa menonton ke
siswa akting bekerja dan berkarya, guru mengarahkan.
·
Pengajaran harus berpusat pada bagaimana cara siswa
menggunakan pengetahuan baru mereka.Strategi belajar lebih dipentingkan
dibandingkan hasilnya.
·
Umpan balik amat penting bagi siswa, yang berasal dari
proses penilaian yang benar.
·
Menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja
kelompok itu penting.
3. Penerapan
Pendekatan Kontekstual Di Kelas
Pembelajaran
Kontekstual dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja,
dan kelas yang bagaimanapun keadaannya. Pendekatan Pembelajaran Kontekstual
dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar, langkahnya sebagai berikut ini.
Kembangkan
pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri,
dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya
- Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik
- kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
- Ciptakan masyarakat belajar.
- Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran
- Lakukan refleksi di akhir pertemuan
- Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara
4. Tujuh
Komponen Pembelajaran Kontekstual
1.
Konstruktivisme
(constructivism). Kontruktivisme merupakan landasan berpikir CTL, yang
menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal, mengingat pengetahuan
tetapi merupakan suatu proses belajar mengajar dimana siswa sendiri aktif
secara mental mebangun pengetahuannya, yang dilandasi oleh struktur
pengetahuanyang dimilikinya
·
Membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman
baru berdasar pada pengetahuan awal.
·
Pembelajaran harus dikemas menjadi proses
“mengkonstruksi” bukan menerima pengetahuan
2.
Inquiry
(Inquiry). Menemukan merupakan bagaian inti dari kegiatan pembelajaran
berbasis kontekstual Karen pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa
diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi hasil dari
menemukan sendiri. Kegiatan menemukan (inquiry) merupakan sebuah siklus yang
terdiri dari observasi (observation), bertanya (questioning), mengajukan dugaan
(hiphotesis), pengumpulan data (data gathering), penyimpulan (conclusion)
·
Proses
perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman.
·
Siswa
belajar menggunakan keterampilan berpikir kritis
3.
Questioning
(Bertanya)
(Questioning). Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu dimulai dari
bertanya. Bertanya merupakan strategi utama pembelajaan berbasis kontekstual.
Kegiatan bertanya berguna untuk : 1) menggali informasi, 2) menggali pemahaman
siswa, 3) membangkitkan respon kepada siswa, 4) mengetahui sejauh mana
keingintahuan siswa, 5) mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa, 6)
memfokuskan perhatian pada sesuatu yang dikehendaki guru, 7) membangkitkan
lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa, untuk menyegarkan kembali pengetahuan
siswa.
·
Kegiatan
guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa.
·
Bagi siswa
yang merupakan bagian penting dalam pembelajaran yang berbasis inquiry
4.
Learning
Community (Masyarakat Belajar)
(Learning Community). Konsep masyarakat belajar menyarankan hasil
pembelajaran diperoleh dari hasil kerjasama dari orang lain. Hasil belajar
diperolah dari ‘sharing’ antar teman, antar kelompok, dan antar yang tau ke
yang belum tau. Masyarakat belajar tejadi apabila ada komunikasi dua arah, dua
kelompok atau lebih yang terlibat dalam komunikasi pembelajaran saling belajar.
·
Sekelompok
orang yang terikat dalam kegiatan belajar.
·
Bekerjasama
dengan orang lain lebih baik daripada belajar sendiri.
·
Tukar
pengalaman.
5.
Modeling
(Pemodelan)
Pemodelan pada dasarnya membahasakan yang dipikirkan, mendemonstrasi
bagaimana guru menginginkan siswanya untuk belajar dan malakukan apa yang guru
inginkan agar siswanya melakukan. Dalam pembelajaran kontekstual, guru bukan
satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan ,elibatkan siswa dan juga
mendatangkan dari luar.
·
Proses
penampilan suatu contoh agar orang lain berpikir, bekerja dan belajar.
·
Mengerjakan
apa yang guru inginkan agar siswa mengerjakannya
6.
Reflection (
Refleksi)
(Reflection). Refleksi merupakan cara berpikir atau respon tentang apa yang
baru dipelajari aau berpikir kebelakang tentang apa yang sudah dilakukan dimasa
lalu. Realisasinya dalam pembelajaran, guru menyisakan waktu sejenak agar siswa
melakukan refleksi yang berupa pernyataan langsung tentang apa yang diperoleh
hari itu.
·
Cara
berpikir tentang apa yang telah kita pelajari.
·
Mencatat apa
yang telah dipelajari.
·
Membuat
jurnal, karya seni, diskusi kelompok
7.
Authentic
Assessment (Penilaian Yang Sebenarnya)
Penilaian yang sebenarnya ( Authentic Assessment). Penialaian
adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberi gambaran mengenai
perkembangan belajar siswa. Dalam pembelajaran berbasis CTL, gambaran
perkembangan belajar siswa perlu diketahui guru agar bisa memastikan bahwa
siswa mengalami pembelajaran yang benar. Fokus penilaian adalah pada
penyelesaian tugas yang relevan dan kontekstual serta penilaian dilakukan
terhadap proses maupun hasil.
·
Mengukur
pengetahuan dan keterampilan siswa.
·
Penilaian
produk (kinerja).
·
Tugas-tugas
yang relevan dan kontekstual
5. Karakteristik
Pembelajaran Kontekstual
- Kerjasama
- Saling menunjang
- Menyenangkan, tidak membosankan
- Belajar dengan bergairah
- Pembelajaran terintegrasi
- Menggunakan berbagai sumber
- Siswa aktif
- Sharing dengan teman
- Siswa kritis guru kreatif
- Dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa, peta-peta, gambar, artikel, humor dan lain-lain
- Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil karya siswa, laporan hasil pratikum, karangan siswa dan lain-lain
6. Menyusun
Rencana Pembelajaran Berbasis Kontekstual
Dalam pembelajaran kontekstual, program pembelajaran lebih merupakan
rencana kegiatan kelas yang dirancang guru, yang berisi skenario tahap demi
tahap tentang apa yang akan dilakukan bersama siswanya sehubungan dengan topik
yang akan dipelajarinya. Dalam program tercermin tujuan pembelajaran, media
untuk mencapai tujuan tersebut, materi pembelajaran, langkah-langkah
pembelajaran, dan authentic assessmennya.
Dalam
konteks itu, program yang dirancang guru benar-benar rencana pribadi tentang
apa yang akan dikerjakannya bersama siswanya.
Secara umum
tidak ada perbedaan mendasar format antara program pembelajaran konvensional
dengan program pembelajaran kontekstual. Sekali lagi, yang membedakannya hanya
pada penekanannya. Program pembelajaran konvensional lebih menekankan pada
deskripsi tujuan yang akan dicapai (jelas dan operasional), sedangkan program
untuk pembelajaran kontekstual lebih menekankan pada skenario pembelajarannya.
Atas dasar
itu, saran pokok dalam penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
berbasis kontekstual adalah sebagai berikut.
- Nyatakan kegiatan pertama pembelajarannya, yaitu sebuah pernyataan kegiatan siswa yang merupakan gabungan antara Standar Kompetensi, Kompetensi dasar, Materi Pokok dan Pencapaian Hasil Belajar.
- Nyatakan tujuan umum pembelajarannya.
- Rincilah media untuk mendukung kegiatan itu
- Buatlah skenario tahap demi tahap kegiatan siswa
- Nyatakan authentic assessmentnya, yaitu dengan data apa siswa dapat diamati partisipasinya dalam pembelajaran.
6. Kelebihan
dan kekurangan pendekatan Kontekstual
Kelebihan
1.
Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya
siswa dituntut untuk dapat menagkap hubungan antara pengalaman belajar di
sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat
mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi
siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang
dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sihingga tidak akan mudah
dilupakan.
2.
Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan
penguatan konsep kepada siswa karena metode pembelajaran CTL menganut aliran
konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntun untuk menemukan pengetahuannya
sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswa diharapkan belajar
melalui ”mengalami” bukan ”menghafal”.
Kelemahan
1. Guru lebih intensif dalam membimbing. Karena dalam metode CTL. Guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan dan ketrampilan yang baru bagi siswa. Siswa dipandang sebagai individu yang sedang berkembang. Kemampuan belajar seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman yang dimilikinya. Dengan demikian, peran guru bukanlah sebagai instruktur atau ” penguasa ” yang memaksa kehendak melainkan guru adalah pembimbing siswa agar mereka dapat belajar sesuai dengan tahap perkembangannya.
Kelemahan
1. Guru lebih intensif dalam membimbing. Karena dalam metode CTL. Guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan dan ketrampilan yang baru bagi siswa. Siswa dipandang sebagai individu yang sedang berkembang. Kemampuan belajar seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman yang dimilikinya. Dengan demikian, peran guru bukanlah sebagai instruktur atau ” penguasa ” yang memaksa kehendak melainkan guru adalah pembimbing siswa agar mereka dapat belajar sesuai dengan tahap perkembangannya.
3.
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menemukan atau menerapkan sendiri ide–ide dan mengajak siswa agar dengan
menyadari dan dengan sadar menggunakan strategi–strategi mereka sendiri untuk
belajar. Namun dalam konteks ini tentunya guru memerlukan perhatian dan
bimbingan yang ekstra terhadap siswa agar tujuan pembelajaran sesuai dengan apa
yang diterapkan semula.
A.
Definisi Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik
Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses
pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif
mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk
mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau
merumuskan hipotesis, mengumpulakan data dengan berbagai teknik, menganalisis
data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang
“ditemukan”.
Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan
pemahaman kepada peseta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi
menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja,
kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu,
kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipata diarahkan untuk mendorong peserta
didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui observasi, dan bukan
hanya diberi tahu.
Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran
melibatkan keterampilan proses seperti mengamati, mengklasifikasi, mengukur,
meramalkan, menjelaskan, dan menyimpulkan. Dalam melaksanakan proses-proses
tersebut, bantuan guru diperlukan. Akan tetapi, bantuan guru tersebut harus
semakin berkurang dengan semakin bertambah dewasanya siswa atau semakin
tingginya kelas siswa.
Model ini menekankan pada proses pencarian pengetahuan dari pada transfer pengetahuan, peserta didik dipandang sebagai subjek belajar yang
perlu dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran, guru hanyalah seorang fasilitator
yang membimbing dan mengkoordinasikan
kegiatan
belajar. Banyak para ahli yang meyakini bahwa melalui pendekatan
saintifik/ilmiah, selain dapat menjadikan siswa lebih
aktif dalam
mengkonstruksi pengetahuan dan keterampilannya, juga dapat mendorong
siswa untuk melakukan penyelidikan guna menemukan fakta-fakta dari
suatu fenomena atau kejadian.
Dengan demikian peserta didik
diarahkan
untuk
menemukan sendiri
berbagai
fakta, membangun konsep, dan nilai-nilai baru yang
diperlukan untuk kehidupannya. Fokus
proses pembelajaran
diarahkan pada pengembangan keterampilan siswa dalam memproseskan
pengetahuan, menemukan dan mengembangkan sendiri fakta, konsep, dan nilai-nilai yang diperlukan.
Karakteristik Pembelajaran dengan
Pendekatan Saintifik
Pembelajaran dengan metode saintifik memiliki
karakteristik sebagai berikut:
1. Berpusat pada siswa.
2. Melibatkan keterampilan proses sains dalam
mengontruksi konsep, hukum
atau prinsip.
3. Melibatkan proses-proses kognitif yang
potensial dalam merangsang
perkembangan intelek, khususnya keterampilan berfikir tingkat tinggi siswa.
4. Dapat mengembangkan karakter siswa.
C. Tujuan Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik
Tujuan pembelajaran dengan pendekatan
saintifik didasarkan pada keunggulan pendekatan tersebut. Bebrapa tujuan
pembelajaran dengan pendekatan saintifik sebagai berikut:
1. Untuk meningkatkan kemampuan intelek,
khususnya kemampuan berfikir tingkat tinggi siswa.
2. Untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara
sistematik
3. Terciptanya kondisi pembelajaran di mana siswa merasa bahwa belajar itu
merupakan suatu kebutuhan.
4. Diperolehnya hasil belajar yang tinggi.
5. Untuk melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis
artikel ilmiah.
6. Untuk mengembangkan karakter siswa.
D. Prinsip-prinsip Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik
1. Pembelajaran berpusat
pada siswa.
2. Pembelajaran membentuk
students self concept.
3. Pembelajaran terhindar
dari verbalisme.
4. Pembelajaran
memberikan kesempatan pada siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi konsep,
hukum, dan prinsip.
5. Pembelajarn mendorong
terjadinya peningkatan kemampuan berfikir siswa.
6. Pembelajaran
meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi mengajar guru.
7. Memberiakan kesempatan
kepada siswa untuk melatih kemampuan dalam komunikasi.
8. Adanya proses validasi
terhadap konsep, hukum, dan prinsip yang dikonstruksi siswa dalam struktur
kognitifnya.
E. Langkah-langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik
Kegiatan pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua
jenjang dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah (saintifik). Proses
pembelajaran harus menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan
keterampilan. Pendekatan ilmiah (scientific
approach) dalam pembelajaran semua mata pelajaran meliputi menggali
informasi melalui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau
informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis,
menalar, kemudian menyimpulkan, dan mencipta.
Untuk mata pelajaran, materi atau situasi tertentu
sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara
prosedural. Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses pembelajaran harus
tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat non-ilmiah. Pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran
disajikan sebagai berikut
1.
Mengamati
Kegiatan mengamati
mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningful learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu,
seperti menyajikan media objek secara nyata, peserta didik senang dan
tertantang, dan mudah pelaksanaannya. Metode mangamati sangat bermanfaat bagi
pemenuh rasa ingin tahu peserta didik, sehingga proses pembelajaran memiliki
kebermaknaan yang tinggi.
Dalam kegiatan
mengamati, guru membuka secara luas dan bevariasi kesempatan peserta didik
untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan: melihat, menyimak, mendengar, dan
membaca. Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan pengamatan, melatih
mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari
suatu benda atau objek. Adapun prinsip yang harus diperhatikan oleh guru dan
peserta didik selama observasi pembelajaran yaitu cermat, objektif, dan jujur
serta terfokus pada objek yang diobservasi untuk kepentingan pembelajaran.
2.
Menanya
Guru harus mampu
menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap,
keterampilan, dan pengetahuannya. Dalam kegiatan menanya, guru membuka
kesempatan secara luas kepada peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang
sudah dilihat, disimak, atau dibaca. Guru perlu membimbing peserta didik untuk
dapat mengajukan pertanyaan: pertanyaan tentang hasil pengamatan objek yang
konkrit sampai pada yang abstrak berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau
pun hal lain yang lebih abstrak. Pertanyaan yang bersifat faktual sampai kepada
pertanyaan yang bersifat hipotesis. Tujuannnya agar siswa memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi secara
kritis, logis, dan sistematis (critical
thinking skills).
Dari situasi di mana
peserta didik dilatih menggunakan pertanyaan dari guru, masih memerlukan
bantuan guru untuk mengajukan pertanyaan sampai ke tingkat di mana peserta
didik mampu mengajukan pertanyaan secara mendiri. Dari kegitan kedua dihasilkan
sejumlah pertanyaan. Melalui kegiatan bertanya, dikembangkan rasa ingin tahu
peserta didik. Semakin terlatih dalam bertanya, rasa ingin tahu semakin dapat
dikembangkan. Pertanyaan tersebut menjadi dasar untuk mencari informasi yang
lebih lanjut dan beragam dari sumber yang ditentukan guru sampai yang
ditentukan peserta didik, dari sumber yang tunggal sampai sumber yang beragam.
3.
Mencoba
Aplikasi metode
mencoba dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar, yaitu
sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Aktivitas pembelajaran yang nyata untuk
ini adalah:
a) menentukan tema atau topik sesuai dengan kompetensi dasar menurut tuntutan
kurikulum;
b) mempelajari cara-cara penggunaan alat dan bahan yang tersedia dan harus
disediakan;
c) mempelajari dasar teoritis yang relevan dan hasil-hasil eksperimen
sebelumnya;
d) melakukan dan mengamati percobaan;
e) mencatat fenomena yang terjadi, menganalisis, dan menyajikan data;
f) menarik kesimpulan atas hasil
percobaan; dan
g) membuat laporan dan mengomunikasikan hasil percobaan.
Agar pelaksanaan
percobaan dapat berjalan lancar maka:
a) guru hendaknya merumuskan tujuan eksperimen yang akan dilaksanakan murid;
b) guru bersama murid mempersiapkan perlengkapan yang dipergunakan;
c) perlu memperhitungkan tempat dan waktu;
d) guru menyediakan kertas kerja untuk pengarahan kegiatan murid;
e) guru membicarakan masalah yang akan dijadikan eksperimen;
f) membagi kertas kerja kepada murid;
g) murid melaksanakan eksperimen dengan bimbingan guru; dan
h) guru mengumpulkan hasil kerja murid dan mengevaluasinya, jika dianggap
perlu didiskusikan secara klasikal.
Kegiatan pembelajaran dengan pendekatan eksperimen atau mencoba dilakukan
melalui tiga tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan, dan tindak lanjut.
4.
Menalar
Menalar adalah salah
satu istilah dalam kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah yang
dianut dalam Kurikulum 2013 untuk menggambarkan bahwa guru dan peserta didik
merupakan pelaku aktif. Titik tekannya tentu dalam benyak hal dan situasi
peserta didik harus lebih aktif daripada guru. Penalaran adalah proses berpikir
yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat diobservasi untuk
memperoleh simpulan berupa pengetahuan.
Istilah aktivitas
menalar dalam konteks pembelajaran pada kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah
banyak merujuk pada teori belajar asosiasi atau pembelajaran asosiatif. Istilah
asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemampuan mengelompokkan beragam ide
dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian memasukannya menjadi
penggalan memori. Selama mentransfer peristiwa-peristiwa khusus ke otak,
pengalaman tersimpan dalam referensi dengan peristiwa lain. Pengalaman-pengalaman
yang sudah tersimpan di memori otak berelasi dan berinteraksi dengan pengalaman
sebelumnya yang sudah tersedia. Proses itu dikenal sebagai asosiasi atau
menalar.
5.
Mengolah
Pada tahapan mengoalah
ini, peserta didik sedapat mungkin dikondisikan belajar secara kolaboratif.
Pada pembelajaran kolaboratif kewenangan dan fungsi guru lebih bersifat
direktif atau manajer belajar. Sebaliknya, peserta didiklah yang harus lebih
aktif. Jika pembelajaran kolaboratif diposisikan sebagai satu falsafah pribadi,
maka ia menyentuh tentang identitas peserta didik terutama jika mereka
berhubungan atau berinteraksi dengan yang lain atau guru.
Dalam situasi
kolaboratif itu, peserta didik berinteraksi dengan empati, saling menghormati,
dan menerima kekurangan atau kelebihan masing-masing. Dengan cara semacam ini
akan tumbuh rasa aman sehingga memungkinkan peserta didik menghadapi aneka
perubahan dan tuntutan belajar secara bersama-sama. Peserta didik secara
bersama-sama, saling bekerja sama, saling membantu mengerjakan hasil tugas
terkait dengan materi yang sedang dipelajari.
6.
Menyimpulkan
Kegiatan menyimpulkan
merupakan kelanjutan dari kegiatan mengolah, bisa dilakukan bersama-sama dalam
satu kesatuan kelompok, atau bisa juga dengan dikerjakan sendiri setelah
mendengarkan hasil kegiatan mengolah informasi.
7.
Menyajikan
Hasil tugas yang telah
dikerjakan bersama-sama secara kolaboratif dapat disajikan dalam bentuk laporan
tertulis dan dapat dijadikan sebagai salah satu bahan untuk portofolio kelompok
dan atau individu, yang sebelumnya dikonsultasikan terlebih dulu kepada guru.
Pada tahapan ini kendati tugas dikerjakan secara berkelompok, tetapi sebaiknya
hasil pencatatan dilakukan oleh masing-masing individu sehingga portofolio yang
dimasukkan ke dalam file atau map peserta didik terisi dari hasil pekerjaannya
sendiri secara individu.
8.
Mengomunikasikan
Pada kegiatan akhir
diharapkan peserta didik dapat mengomunikasikan hasil pekerjaan yang telah
disusun baik secara bersama-sama dalam kelompok dan atau secara individu dari
hasil kesimpulan yang telah dibuat bersama. Kegiatan mengomunikasikan ini dapat
diberikan klarifikasi oleh guru agar peserta didik mengetahui secara benar
apakah jawaban yang telah dikerjakan sudah benar atau ada yang harus
diperbaiki.
A. Simpulan
Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses
pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif
mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk
mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau
merumuskan hipotesis, mengumpulakan data dengan berbagai teknik, menganalisis
data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang
“ditemukan”.
Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran
melibatkan keterampilan proses seperti: mengamati, menanya, mencoba, menalar,
mengolah, menyimpulkan, menyajikan dan mengomunikasikan. Dalam melaksanakan
proses-proses tersebut, bantuan guru diperlukan. Akan tetapi, bantuan guru
tersebut harus semakin berkurang dengan semakin bertambah dewasanya siswa atau
semakin tingginya kelas siswa.
Dalam model pembelajaran saintifik, peserta
didik diarahkan untuk
menemukan sendiri
berbagai
fakta, membangun konsep, dan nilai-nilai baru yang
diperlukan untuk kehidupannya. Fokus
proses pembelajaran
diarahkan pada pengembangan keterampilan siswa dalam memproseskan
pengetahuan, menemukan dan mengembangkan sendiri fakta, konsep, dan nilai-nilai yang diperlukan.
B.
Saran
Demikian yang dapat
kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini,
tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, karena terbatasnya
pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan
judul makalah ini. Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman dapat
memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya
makalah ini dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga
makalah ini berguna bagi kita semua.
Komentar
Posting Komentar