Kebutuhan Remaja


TUGAS PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK



Description: C:\Users\Khairinal\Downloads\LOGO UNIVERSITAS JAMBI.png













    DOSEN PENGAMPU:

RAHMA DANI,S.Pd., M.Pd







KELOMPOK :





1.      NOVRI ELISABETH                   (A1C317047)

2.      WENY SUKARNI                                    (A1C317047)







PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI

2018



A.    KONSEP KEBUTUHAN DAN IMPLIKASI PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

1.      Konsep Kebutuhan Individu

Kebutuhan adalah segala sesuatu yang dibutuhkan manusia untuk mempertahankan hidup serta untuk memperoleh kesejahteraan. Kebutuhan individu adalah kebutuhan yang dirasakan oleh seseorang dan pemenuhannya dapat dilakukan secara individu. Misalnya petani membutuhkan cangkul, siswa membutuhkan buku tulis dan pensil. Setiap individu memiliki kebutuhan karena ia tumbuh dan berkembang untuk mencapai kondisi fisik dan sosial psikologis yang lebih sempurna dalam kehidupannya. Dengan adanya berbagai macam dorongan yang ingin di capai manusia,semua itu mengakibatkan timbulnya kebutuhan yang harus dipenuhi manusia.

Sebagai makhluk psiko-fisik, manusia sejak bayi sudah memiliki kebutuhan-kebutuhan dasar yaitu kebutuhan fisik dan kebutuhan psikis. Kebutuhan sosial psikologis seseorang akan semakin lebih banyak dibandingkan kebutuhan fisiknya sejalan dengan usianya. Secara umum setiap manusia  membutuhkan cinta kasih, penghargaan pribadi, pemenuhan kebutuhan fisik, pelatihan disiplin dan kesempatan untuk mengembangkan berbagai aspek kehidupannya.

a.      Kebutuhan Manusia Berdasarkan Sifatnya

Sebagai makhluk psiko-fisik manusia memiliki potensi kehidupan yang memiliki dua manifestasi kebutuhan berdasarkan sifatnya:

1.      Kebutuhan Jasmani / Kebutuhan Fisik Kebutuhan jasmani adalah kebutuhan yang berhubungan dengan badan lahiriah atau tubuh seseorang. Contohnya seperti makanan, minuman, pakaian, sandal, pisau cukur, tidur, buang airkecil dan besar, seks, dan lain sebagainya.

2.      Kebutuhan Rohani / Kebutuhan Mental, Kebutuhan rohani adalah kebutuhan yang dibutuhkan seseorang untuk mendapatkan sesuatu bagi jiwanya secara kejiwaan. Contohnya seperti mendengarkan musik, siraman rohani, beribadahkepada Tuhan Yang Maha Esa, bersosialisasi, pendidikan, rekreasi, hiburan, dan lain-lain.

b.      Kebutuhan Manusia Berdasarkan Tingkat Kepentingan / Prioritas)

1.      Kebutuhan Primer (kebutuhan pokok) Kebutuhan primer adalah kebutuhan yang haus dipenuhi untuk mempertahankan kelangsungan hidup manusia, seperti : dapat hidup sehat, makan, berpakaian, dan tempat tinggal. Kebutuhan primer ini apabila tidak dipenuhi dapat menimbulkan dampak yang negatif.

2.      Kebutuhan Sekunder (Pelengkap) Kebutuhan sekunder adalah kebutuhan yang pemenuhannya setelah kebutuhan primer terpenuhi. Contoh kebutuhan skunder adalah kebutuhan akan radio, TV, atau sepeda motor bagi masyarakat yangpendapatannya masih tergolong rendah.

2.      Kebutuhan Dasar Individu

c.       Kebutuhan dasar manusia menurut Lindgren

Suatu teori kebutuhan yang sifatnya mendasar yang dikembangkan oleh Lindgren (1980). Arti mendasar disini pada umumnya setiap individu memiliki kebutuhan ini. Lindgren mengklasifikasikan kebutuhan dasar individu menjadi 4 aspek, yaitu   :

1)      Kebutuhan Jasmaniah

Sesuai dengan perkembangan fisik anak yang bersifat individual, pada masa tumbuh kembang tersebut, kebutuhan anak akan bervariasi misalnya seperti porsi makanan dan minuman meningkat. Karena perkembangan tubuh dan juga kognitifnya, anak membutuhkan makanan bergizi sehingga perkembangan fisik dan intelektualnya tidak terhambat.

2)      Kebutuhan akan Kasih Sayang

Pada tahap perkembangan anak usia SD, sudah ingin memilki teman-teman tetap. Perkembangan tersebut juga sejalan dengan kebutuhan untuk disayangi dan menyayangi teman. Tidak hanya rasa kasih terhadap teman saja, tetapi juga sudah ada kebutuhan untuk memberikan rasa cinta terhadap suatu benda. Misalnya mengoleksi sesuatu yang merupakan kesenangannya berupa boneka, komik, kartu ucapan dan sebagainya yang dirawat hati-hati serta rasa sayang.

3)      Kebutuhan untuk memiliki

Seperti pada kebutuhan-kebutuhan lainnya, kebutuhan untuk memiliki pada setiap anak akan berbeda tergantung dari perkembangannya. Sedangkan kebutuhan untuk dimiliki adalah berhubungan dengan mulainya masa membentuk gang atau kelompok bermain.

4)      Kebutuhan aktualisasi diri

Kebutuhan ini relatif lebih abstrak dan kompleks, dan merupakan kebutuhan tingkat tinggi yang pada dasarnya merupakan perkembangan dari kebutuhan-kebutuhan sebelumnya. Anak-anak mulai ingin merealisasikan potensi-potensi yang dimilikinya sehingga anak berusaha memenuhi kebutuhan tersebut dengan sikap persaingan, atau berusaha mewujudkan keinginannya, berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai prestasi (need for achievement).

Menurut Lewis kegiatan remaja didorong oleh berbagai kebutuhan yaitu:

1.      kebutuhan jasmaniah

2.      Kebutuhan Psikologis Remaja

3.      kebutuhan ekonomi

4.      kebutuhan sosial

5.      kebutuhan politik

6.      kebutuhan penghargaan; dan

7.      kebutuhan aktualisasi diri



3.      Kebutuhan Peserta Didik Usia Sekolah Menengah dan Pemenuhannya

1.      Kebutuhan Remaja dan Implikasinya

Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah, guru hendaknya selalu sensitif terhadap kebutuhan para siswa (remaja) dan berusaha memahaminya sebaik mungkin. Untuk itu guru perlu memperhatikan aspek berikut:

a.       Mempelajari kebutuhan remaja melalui berbagai pendapat orang dewasa;

b.      Mengadakan angket yang ditujukan kepada para remaja untuk mengetahui masalah–masalah yang sedang mereka hadapi

c.       Bersikap sensitif terhadap kebutuhan yang tiba–tiba muncul dari siswa yang berada di bawah bimbingannya.

Dari uraian di atas, kebutuhan remaja diklasifikasikan menjadi 4 kelompok kebutuhan yaitu:

1.      kebutuhan organik yaitu makan, minum, bernapas, seks;

2.      kebutuhan emosional yaitu kebutuhan untuk mendapatkan simpati dan pengakuan dari pihak lain

3.      kebutuhan berprestasi atau need of achievement dikenal dengan n’Ach yang berkembang karena dorongan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki dan sekaligus menunjukkan kemampuan psikofisis

4.      kebutuhan untuk mempertahankan diri dan mengembangkan jenis.
Sejalan dengan pemikiran Maslow tentang Teori Hierarki Kebutuhan Individu yang sudah dikenal luas, namun aplikasinya untuk kepentingan pendidikan siswa di sekolah tampaknya belum mendapat perhatian penuh. Secara ideal, dalam rangka pencapaian perkembangan diri siswa, sekolah seyogyanya dapat menyediakan dan memenuhi berbagai kebutuhan siswanya. 



2.      Masalah dan Konsekuensinya

Beberapa masalah yang dihadapi remaja sehubungan dengan kebutuhan-kebutuhannya yang dapat diuraikan sebagai berikut:

1)      Upaya untuk dapat megubah sikap dan prilaku kekanak-kanakan menjadi sikap dan prilaku orang dewasa,tidak semuanya dapat dengan mudah dicapai baik oleh remaja laki-laki maupun perempuan.Kegagalan dalam mengatasi ketidakpuasan ini dapat mengakibatkan menurunnya harga diri,dan akibat lebih lanjut menjadikan remaja bersikap keras dan agresif atau sebaliknya tidak percaya diri,pendiam,atau kurang harga diri.

2)      Seringkali para remaja mengalami kesulitan untuk menerima perubahan-perubahan fisiknya. Hanya sedikit remaja yang merasa puas dengan tubuhnya.Hal ini disebabkan pertumbuhan tubuhnya dirasa kurang serasi.Ketidakserasian proporsi tubuh ini sering menimbulkan keganjalan,Karena ia (mereka) sulit untuk mendapatkan pakaian yang pantas,juga hal itu tampak pada gerakan atau prilaku ynag kelihatannya wagu dan tidak puas.

3)      Perkembangan fungsi seks pada masa ini dapat menimbulkan kebingungan remaja untuk memahaminya, sehingga sering terjadi salah tingkah dan prilaku yang menentang norma. Pandanganya terhadap sebaya lain jenis kelamin dapat menimbulkan kesulitan dalam pergaulan 

4)      Dalam memasuki kehudupan bermasyrakat, remaja yang terlalu mendambakan kemandirian,dalam arti menilai dirinya cukup mampu untuk mengatasi problema kehidupan, kebanyakan akan menghadapi berbgai masalah, terutama masalah penyesuaian emosional,seperti over acting ,lancing,dan semacamnya.

5)      Harapan-harapan untuk dapat berdiri sendiri dan untuk hidup mandiri secara social ekonomis akan berkaitan dengan berbagai masalah untuk menetapkan pilihan jenis pekerjaan dan jenis pendidikan.Penyesuaian social merupakan salah satu yang sangat sulit dihadapi oleh remaja karena mereka juga harus menghadapi norma baru dalam kehidupan sebaya remaja dan kuatnya pengaruh kelompok sebaya.

6)      Berbagai norma dan nilai yang berlaku didalam hidup masyarakat merupakan masalah tersendiri bagi remaja. Dalam hal ini remaja menghadapi perbedaan nilai dan norma kehidupan.Seringkali perbedaan norma yang berlaku dan norma ynag dianutnya menimbulkan prilaku yang menyebabkan dirinya dikatakan “nakal”

3.      Usaha-usaha Pemenuhan Kebutuhan Remaja dan Implikasinya Dalam Penyelenggaraan Pendidikan

Pemenuhan kebutuhan fisik atau organic merupakan tugas pokok.Kebutuhan ini harus dipenuhi, Karena hal ini merupakan kebutuhan untuk mempertahankan kehidupannya agar tetap tegar (survival).Kebutuhan ini sangat dipengaruhi oleh factor ekonomi,terutama ekonomi keluarga.Akibat tidak tepenuhinya kebutuhan fisik ini akan sangat berpengaruh terhadap pembentukan pribadi dan perkembangan psikososial seorang individu.

Kebutuhan psikologis remaja pada dasarnya berkembang dari kebutuhannya dari usia anak kecil (usia SD) dan berkembang lagi sehingga memiliki kebutuhan-kebutuhan psikologis sebagai orang dewasa. Kebutuhan psikologis yang paling mendasar yang mempengaruhi anak remaja adalah Kemandirian.

Memperoleh kebebasan (mandiri) merupakan suatu tugas bagi remaja. Dengan kemandirian tersebut berarti remaja harus belajar dan berlatih dalam membuat rencana, memilih alternatif, membuat keputusan, bertindak sesuai dengan keputusannya sendiri serta bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dilakukannya. Dengan demikian remaja akan berangsur-angsur melepaskan diri dari ketergantungan pada orangtua atau orang dewasa lainnya dalam banyak hal. Pendapat ini diperkuat oleh pendapat para  ahli perkembangan yang menyatakan: “Berbeda dengan kemandirian pada masa anak-anak yang lebih bersifat motorik, seperti berusaha makan sendiri, mandi dan berpakaian sendiri, pada masa remaja kemandirian tersebut lebih bersifat psikologis, seperti membuat  keputusan sendiri dan kebebasan berperilaku sesuai dengan keinginannya”.

Dalam pencarian identitas diri, remaja cenderung untuk melepaskan diri sendiri sedikit demi sedikit dari ikatan psikis orangtuanya. Remaja mendambakan untuk diperlakukan dan dihargai sebagai orang dewasa. Hal ini dikemukan Erikson (dalam Hurlock,1992) yang menamakan proses tersebut sebagai “proses mencari identitas ego”, atau pencarian diri sendiri. Dalam proses ini remaja ingin mengetahui peranan dan kedudukannya dalam lingkungan, disamping ingin tahu tentang dirinya sendiri.

Kemandirian seorang remaja diperkuat melalui proses sosialisasi yang terjadi antara remaja dan teman sebaya. Hurlock (1991) mengatakan bahwa melalui hubungan dengan teman sebaya, remaja  belajar berpikir secara mandiri, mengambil keputusan sendiri, menerima (bahkan dapat juga menolak) pandangan dan nilai yang berasal dari keluarga dan mempelajari pola perilaku yang diterima di dalam kelompoknya. Kelompok teman sebaya merupakan lingkungan sosial pertama dimana remaja belajar untuk hidup bersama dengan orang lain yang bukan angota keluarganya. Ini dilakukan  remaja dengan tujuan untuk mendapatkan pengakuan dan penerimaan kelompok teman sebayanya sehingga tercipta rasa aman. Penerimaan dari kelompok teman sebaya ini merupakan hal yang sangat penting, karena remaja membutuhkan adanya penerimaan dan keyakinan untuk dapat diterima oleh kelompoknya.

Dalam mencapai keinginannya untuk mandiri sering kali remaja mengalami hambatan-hambatan yang disebabkan oleh masih adanya kebutuhan untuk tetap tergantung pada orang lain. Dalam contoh yang disebutkan diatas, remaja mengalami dilema yang sangat  besar antara mengikuti kehendak orangtua atau mengikuti keinginannya sendiri. Jika ia mengikuti kehendak orangtua maka dari segi ekonomi (biaya sekolah) remaja akan terjamin karena orangtua pasti akan membantu sepenuhnya, sebaliknya jika ia tidak mengikuti kemauan orangtua bisa jadi orangtuanya tidak mau membiayai sekolahnya. Situasi yang demikian ini sering dikenal sebagai keadaan yang ambivalensi dan dalam hal ini akan menimbulkan konflik pada diri sendiri remaja. Konflik ini akan mempengaruhi remaja dalam usahanya untuk mandiri, sehingga sering menimbulkan hambatan dalam penyesuaian diri terhadap lingkungan sekitarnya. Bahkan dalam beberapa kasus tidak jarang remaja menjadi frustrasi dan memendam kemarahan yang mendalam kepada orangtuanya atau orang lain di sekitarnya. Frustrasi dan kemarahan tersebut seringkali diungkapkan dengan perilaku-perilaku yang tidak simpatik terhadap orangtua maupun orang lain dan dapat membahayakan dirinya dan orang lain di sekitarnya. Hal ini tentu saja akan sangat merugikan remaja tersebut karena akan menghambat tercapainya kedewasaan dan kematangan kehidupan psikologisnya.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

HUBUNGAN SEKOLAH DENGAN MASYARAKAT

Pendekatan Ekspository dan Heuristik

“MODEL PEMBELAJARAN INDUKTIF”