Integrasi Nasional
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Suatu
bangsa membutuhkan persatuan untuk bangsanya yang dinamakan dengan integrasi nasional.
Sehingga dapat dikatakan bahwa, sebuah negara
mampu membangun integrasi nasionalnya dalam memperkokoh rasa persatuan
dan kesatuan bangsa-bangsa yang ada di dalamnya. Integrasi nasional merupakan
salah satu tolak ukur persatuan dan kesatuan bangsa. Indonesia sebagai sebuah
negara dalam realitasnya terpisah pada beberapa bagian dan tingkatan, dari segi
geografis dipisahkan oleh lautan dengan beratus-ratus pulau besar dan
beribu-ribu pulau kecil. Dari perspektif kewilayahan, terdapat pembagian antara
Indonesia bagian timur dan Indonesia bagian barat atau kawasan perkotaan dan
pedesaaan.
Realitas
itu menyebabkan pula kewargaan penduduk Indonesia berbeda-beda dari segi
kebudayaan. Pengelompokan kewargaan serupa itu diwujudkan dalam satuan-satuan
etnik. Menurut kajian Hildred Geetz (1963), terdapat 300 kelompok etnik dan 250
jenis bangsa yang setiap kelompok etnik itu memiliki identitas kebudayaan
sendiri, termasuk didalamnya terdapat bahasa-bahasa yang digunakannya. Di era
Reformasi ini, kemajemukan masyarakat cenderung menjadi beban daripada modal
bangsa Indonesia. Hal ini terlihat dari munculnya berbagai masalah yang
sumbernya berasalkan kemajemukan.
Saat
ini pula bangsa Indonesia masih mengalami krisis multidimensi yang menggoncang
kehidupan kita. Sebagai salah satu masalah utama dari krisis besar itu adalah
ancaman disintegrasi bangsa yang hingga saat ini masih belum merdeka. Kesadaran
akan pentingnya kerukunan antar agama, suku, ras dan budaya harus selalu
diwujudkan melalui pemahaman integrasi nasional. Integrasi pada dasarnya
menyatukan lintas identitas untuk suatu kepentingan bersama. Sehingga dalam hal
ini diharapkan agar permasalahan atau konflik yang terjadi dapat terselesaikan
dengan adanya kesadaran nasional.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan
Latar Belakang diatas maka penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apakah
makna integrasi nasional?
2. Bagaimana
konsep integrasi nasional?
3. Bagaimana
sumber historis, sosiologis dan politik tentang integrasI nasional?
4. Bagaimana
cara membangun argumen dinamika dan tantangan integrasi nasional di Indonesia?
5. Bagaimana
esensi dan urgensi integrasi nasional di Indonesia?
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan
Rumusan Masalah diatas maka tujuan dari penulisan makalah ini adalag sebagai
berikut :
1. Dapat
mengetahui makna integrasi nasional
2. Dapat
mengetahui konsep integrasi nasional
3. Dapat
mengetahui sumber historis, sosiologis dan politik tentang integrasi nasional
4. Dapat
mengetahui cara membangun argumen dinamika dan tantangan
integrasi
nasional di Indonesia
5. Dapat
mengetahui esensi dan urgensi integrasi nasional di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Makna Integrasi Nasional
Dalam
istilah integrasi nasional memiliki dua pengertian, baik secara etimologi
maupun terminologi. Secara etimologi, integrasi nasional terdiri atas dua kata
yaitu integrasi dan nasional. Integrasi artinya kesempurnaan atau keseluruhan dan nasional berarti bangsa sebagai bentuk
persekutuan orang yang berbeda. Sedangkan menurut Juliardi (2015 : 46) secara
terminologi integrasi nasional adalah penyatuan bangsa-bangsa yang berbeda dari
suatu masyarakat menjadi suatu keseluruhan yang lebih utuh atau memadukan
masyarakat-masyarakat kecil yang banyak menjadi satu bangsa. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa integrasi nasional adalah peralihan dari banyak masyarakat
kecil menjadi masyarakat yang besar.
Integrasi
nasional dapat diartikan sebagai identitas nasional di dalam ruang lingkup
warga negara. Meskipun di dalamnya terdapat berbagai macam perbedaan yang
meliputi agama, daerah, suku, dan bahasa. Namun dengan adanya integrasi
nasional kita menjadi satu-kesatuan yang utuh. Kesadaran nasional dalam hal ini
sangat diperlukan dalam membangun suatu bangsa yang kuat, aman, dan sejahtera.
Sehingga berdasarkan sudut pandang para ahli tersebut dapat diartikan bahwa
integrasi nasional adalah suatu pemersatu, pembaruan, dan keterpaduan dari
unsur dan aspek-aspeknya (Winataputra, 2016 : 54-56).
Menurut
(Irianto, 2012 : 3-4) identitas dan karakter
bangsa sebagai sarana bagi pembentukan pola pikir dan sikap mental bangsa
merupakan tugas utama pembangunan kebudayaan nasional. Identitas tersebut
diperlukan adanya suatu kesadaran nasional. Kesadaran nasional menjadi dasar dari
keyakinan adanya Integrasi nasional. Integrasi nasional mampu memelihara dan
mengembangkan harga diri bangsa, harkat dan martabat bangsa sebagai upaya
melepaskan bangsa dari subordinasi bangsa asing. Dengan demikian, Integrasi nasional
dapat berupa kesadaran dan bentuk pergaulan yang menyebabkan berbagai kelompok
dengan identitas masing-masing sebagai kesatuan bangsa Indonesia.
2.2
Konsep Integrasi Nasional
Menurut
(Juliardi, 2015 : 47) suatu kelompok masyarakat dapat terintegrasi apabila
masyarakat dapat menemukan dan menyepakati nilai-nilai fundamental yang dapat
dijadikan rujukan bersama. Nilai fundamental yang dimaksudkan yakni nilai-nilai
yang terkandung didalam sila Pancasila. Kemudian, masyarakat tersebut terhimpun
dalam unit sosial sekaligus memiliki anggota dari berbagai kesatuan sosial.
Sehingga, masyarakat berada diatas saling ketergantungan diantara unit-unit
sosial yang terhimpun dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi. Jika masyarakat
menerapkan nilai-nilai fundamental dalam unit sosial maka masyarakat tersebut
dapat dikatakan terintegrasi..
Adapun
kebalikan dari integrasi adalah disintegrasi. Jika integrasi terjadi konsensus,
maka disintegrasi dapat menimbulkan konflik atau perseturuan dan pertentangan.
Disintegrasi bangsa adalah memudarnya kesatupaduan antar golongan dan kelompok
yang ada dalam suatu bangsa yang bersangkutan. Gejala disintegrasi merupakan
hal yang dapat terjadi di masyarakat. Disintegrasi memiliki banyak ragam.
Misalnya, pertentangan fisik, perkelahian, tawuran, kerusuhan, revolusi bahkan
perang.
Adapun
jenis-jenis integrasi nasional menurut Winarno (2013 : 24-25), anatara lain :
1. Integrasi
Bangsa
Yakni proses penyatuan berbagai kelompok budaya dan
sosial ke dalam satu kesatuan wilayah dan
pembentukan identitas nasional. Dalam hal ini bertujuan untuk membangun
rasa kebangsaan dalam suatu wilayah. Contohnya bangsa Indonesia yang terdiri
dari beragam suku, agama, ras, dan golongan bersedia berintegrasi dalam satu
negara. Sehingga negara Indonesia yang dilandasi dengan semangat kebangsaan
akan menjadi satu kesatuan yang utuh.
2. Integrasi
Wilayah
Yakni pembentukan wewenang kekuasaan nasional pusat.
Integrasi wilayah tersebut berada diatas
unit-unit atau wilayah-wilayah yang lebih kecil. Kemudian, integrasi wilayah tersebut
mungkin beranggotakan suatu kelompok budaya atau sosial tertentu. Contohnya negara
Indonesia memiliki kedaulatan wilayah dari Sabang sampai Merauke, dengan
batas-batas yang telah ditetapkan. Dalam hal ini, dapat dikatakan bahwa negara
Indonesia merupakan suatu wilayah yang telah ditetapkan berdasarkan kekuasaan
nasional pusat.
3. Integrasi
Nilai
Yakni adanya persetujuan terhadap nilai-nilai
bersama yang diperlukan untuk memelihara tertib sosial. Dimana nilai-nilai
tersebut tercantum dalam Pancasila. Sedangkan dalam hal pembelajaran integrasi
nilai adalah proses memadukan nilai-nilai tertentu terhadap sebuah konsep lain.
Sehingga dapat menjadi suatu kesatuan yang koheren dan tidak bisa dipisahkan. Contohnya
masyarakat Indonesia bersepakat bahwa Pancasila merupakan nilai bersama yang
mampu menyatukan keragaman dan perbedaan.
4. Integrasi
Elit-Massa
Yakni kemampuan menghubungkan antara yang memerintah
dengan yang diperintah, antara penguasa dengan rakyat atau antara elit dengan
massa. Dalam hal ini integrasi elit-massa dapat disebut sebagai konsep
integrasi politik. Di dalam tataran integrasi politik terdapat dimensi vertikal
dan horizontal. Dimensi vertikal menyangkut hubungan elit dan massa baik antara
elit politik dengan massa pengikut. Dimensi horizontal menyangkut hubungan yang
berkaitan dengan masalah teritorial antar daerah, antar suku, umat beragama dan
golongan masyarakat Indonesia.
5. Integrasi
Tingkah Laku
Yakni kemampuan orang-orang didalam masyarakat untuk
berorganisasi, bekerja sama demi mencapai tujuan bersama dan bermanfaat.
Contohnya orang-orang yang mendirikan satu perusahaan lalu mereka bekerja
bersama dibawah satu manajemen. Di dalam integrasi tingkah laku lebih
mengutamakan kepentingan golongan bersama dibandingkan kepentingan individu.
Integrasi tingkah laku merupakan suatu proses adaptasi di dalam masyarakat.
Sehingga integrasi tingkah laku dapat disebut sebagai integrasi kelompok.
2.3
Sumber Historis, Sosiologis, dan Politik Tentang Integrasi Nasional
a. Sumber Historis
Menurut
Suroyo (2002) ternyata sejarah menjelaskan bangsa kita sudah mengalami
pembangunan integrasi sebelum bernegara Indonesia yang merdeka. Menurutnya, ada
tiga model integrasi dalam sejarah perkembangan integrasi di Indonesia. Adapun
model integrasi tersebut merupakan sumber historis integrasi nasional, yakni :
1.
Model
Integrasi Imperium Majapahit
Model
integrasi pertama ini bersifat kemaharajaan (Imperium) Majapahit. Struktur
kemaharajaan yang begitu luas ini berstruktur konsentris. Dimulai dengan konsentris
pertama yaitu wilayah inti kerajaan (Nagaragung), terdiri dari Pulau Jawa dan
Madura yang diperintah langsung oleh raja dan saudara-saudaranya. Konsentris
kedua adalah wilayah di luar Jawa (Mancanegara dan Pasisiran) yang merupakan
kerajaan-kerajaan otonom. Konsentris ketiga (Tanah Sabrang) adalah
negara-negara sahabat. Di mana Majapahit
menjalin hubungan diplomatik dan hubungan dagang, antara lain dengan Champa, Kamboja,
Ayudyapura (Thailand).
2.
Model
Integrasi Kolonial
Model
integrasi kedua atau lebih tepat disebut dengan integrasi atas wilayah Hindia
Belanda baru sepenuhnya dicapai pada awal abad XX dengan wilayah yang terentang
dari Sabang sampai Merauke. Pemerintah kolonial mampu membangun integrasi
wilayah juga dengan menguasai Maritim. Sedangkan integrasi vertikal antara
pemerintah pusat dan pemerintah daerah dibina melalui jaringan birokrasi
kolonial, yang terdiri dari ambtenaar-ambtenaar (pegawai) Belanda dan
pribumi yang tidak memiliki jaringan dengan massa rakyat. Dengan kata lain
pemerintah tidak memiliki dukungan massa yang berarti. Integrasi model kolonial
ini tidak mampu menyatukan segenap keragaman bangsa Indonesia tetapi hanya
untuk maksud menciptakan kesetiaan tunggal pada penguasa kolonial.
3. Model Integrasi Nasional
Indonesia
Model integrasi ketiga ini
merupakan proses berintegrasinya bangsa Indonesia sejak bernegara merdeka tahun
1945. Meskipun sebelumnya ada integrasi kolonial, namun integrasi model ketiga
ini berbeda dengan model kedua. Integrasi model kedua lebih dimaksudkan agar
rakyat jajahan (Hindia Belanda) mendukung pemerintahan kolonial melalui
penguatan birokrasi kolonial dan penguasaan wilayah. Sedangkan, Integrasi model
ketiga dimaksudkan untuk membentuk kesatuan yang baru yakni bangsa Indonesia
yang merdeka, memiliki semangat kebangsaan (nasionalisme) yang baru atau
kesadaran kebangsaan yang baru. Model integrasi nasional ini diawali dengan
tumbuhnya kesadaran berbangsa, khususnya pada diri orang-orang Indonesia yang
mengalami proses pendidikan sebagai dampak dari politik etis pemerintah
kolonial Belanda.
b. Sumber Sosiologis
Sosiologis
merupakan perilaku sosial antara satu individu dengan individu lain. Dalam
sumber sosiologis disini, pelajar mendirikan organisasi-organisasi pergerakan
baik yang bersifat keagamaan, kepemudaan, kedaerahan, politik, ekonomi
perdagangan dan kelompok perempuan. Para kaum terpelajar ini mulai menyadari
bahwa bangsa mereka adalah bangsa jajahan yang harus berjuang meraih
kemerdekaan, jika ingin menjadi bangsa
merdeka dan sederajat dengan bangsa-bangsa lain. Mereka berasal dari berbagai
daerah dan suku bangsa yang merasa sebagai satu nasib dan penderitaan sehingga
bersatu menggalang kekuatan bersama. Misalnya, Sukarno berasal dari Jawa,
Mohammad Hatta berasal dari Sumatera, AA Maramis dari Sulawesi, Tengku Mohammad
Hasan dari Aceh.
c. Sumber Politik
Dari sisi
politik, integrasi nasional berawal dari
proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 yang merupakan pernyataan dari bangsa
Indonesia sendiri. Pernyataan tersebut baik ke dalam maupun ke luar bahwa
bangsa ini telah merdeka, bebas dari belenggu penjajahan dan sederajat dengan
bangsa lain di dunia. Sehingga dapat dikatakan bahwa sejak saat itu Indonesia berusaha
melaksanakan integrasi nasional dalam bidang politik. Sebagai contoh, setelah
Indonesia merdeka Indonesia bergabung menjadi anggota PBB. Itu artinya,
Indonesia telah menjalin hubungan dengan negara lain.
2.4 Cara Membangun Argumen Dinamika dan
Tantangan Integrasi Nasional di Indonesia
a.
Dinamika Integrasi Nasional di Indonesia
Sejak
kita merdeka tahun 1945, upaya membangun integrasi secara terus menerus
dilakukan. Terdapat banyak perkembangan dan dinamika dari integrasi yang terjadi
di Indonesia. Dinamika integrasi sejalan dengan tantangan zaman waktu itu. Dinamika itu bisa kita contohkan peristiwa integrasi
berdasarkan 5 jenis Integrasi, yaitu sebagai berikut :
1. Integrasi
Bangsa
Pada tanggal 15
agustus 2005 melalui MoU di Vantaa, Helsinki, Finlandia, pemerintah Indonesia
berhasil secara damai mengajak gerakan Aceh merdeka. Gerakan Aceh merdeka ini
dilakukan untuk kembali bergabung dan setia memegang teguh kedaulatan bersama
NKRI. Proses ini telah berhasil menyelesaikan kasus disintegrasi yang terjadi
di Aceh sejak tahun 1975 sampai 2005. Itulah contoh dari dinamika Integrasi
Bangsa yang ada di Indonesia.
2. Integrasi
Wilayah
Melalui
deklarasi Djuanda tanggal 13 desember 1957, pemerintah Indonesia mengumumkan
kedaulatan wilayah Indonesia. Wilayah Indonesia yang dimaksud yakni berupa
lebar laut teritorial seluas 12 mil diukur dari garis yang menghubungkan
titik-titik ujung yang terluar pada pulau di negara Indonesia. Dengan deklarasi
ini maka terjadi integrasi wilayah teritorial Indonesia. Wilayah Indonesia
merupakan satu kesatuan wilayah dan laut tidak lagi merupakan pemisah pulau,
tetapi menjadi penghubung beberapa pulau di Indonesia.
3. Integrasi
Nilai
Adapun nilai
bagi bangsa Indonesia yang merupakan nilai integratif adalah Pancasila.
Pengalaman mengembangkan Pancasila sebagai nilai integratif terus-menerus
dilakukan. Misalnya, melalui kegiatan pendidikan Pancasila baik dengan mata
kuliah di perguruan tinggi dan mata pelajaran di sekolah. Saat ini, melalui
kurikulum 2013 terdapat mata pelajaran PPKN. Melalui pelajaran ini, Pancasila
sebagai nilai bersama dan sebagai dasar filsafat negara disampaikan kepada
generasi muda.
4. Integrasi
Elit-Massa
Dinamika
integrasi elit-massa ditandai dengan seringnya pemimpin mendekati rakyatnya
melalui berbagai kegiatan. Misalnya, kunjungan ke daerah, temu kader PKK, dan
kotak pos presiden. Kegiatan yang sifatnya mendekatkan elit dan massa akan
menguatkan dimensi vertikal integrasi nasional. Dimensi vertikal yang kita
ketahui seperti dari atasan kepada bawahan.
5. Integrasi
Tingkah Laku
Mewujudkan
perilaku integratif dilakukan dengan pembentukan lembaga-lembaga politik dan
pemerintahan termasuk birokrasi. Dengan lembaga dan birokrasi yang terbentuk,
maka orang-orang dapat bekerja secara terintegratif. Secara integratif dapat
dilakukan di dalam suatu aturan yang telah ditentukan dan pola kerja yang
teratur, sistematis, dan bertujuan. Pembentukan lembaga-lembaga politik dan
birokrasi di Indonesia diawali dengan hasil sidang I PPKI tanggal 18 agustus
1945 yakni memilih presiden dan wakil presiden.
b.
Tantangan dalam Integrasi Nasional
Dalam
upaya mewujudkan integrasi nasional Indonesia, tantangan yang dihadapi datang
dari dimensi horizontal dan vertikal. Dalam dimensi horizontal, tantangan yang
ada berkenaan dengan pembelahan horizontal yang berakar pada perbedaan suku,
agama, ras, dan geografis. Sedangkan dalam dimensi vertikal, tantangan yang ada
adalah berupa celah perbedaan antara elit dan massa, dimana latar belakang
pendidikan kekotaan menyebabkan kaum elit berbeda dari massa yang cenderung
berpandangan yang tradisional. Terkait dengan dimensi horizontal, salah satu
persoalan yang dialami oleh negara-negara berkembang termasuk Indonesia dalam
mewujudkan integrasi nasional adalah masalah primodialisme yang masih kuat.
Sedangkan terkait dengan dimensi vertikal, tantangan yang ada adalah kesediaan
para pemimpin untuk terus menerus bersedia berhubungan dengan rakyatnya.
Adapun faktor-faktor penghambat yang menjadi
tantangan Integrasi Nasional adalah sebagai berikut :
1. Masyarakat
Indonesia yang heterogen dalam faktor-faktor kesukubangsaaan dengan masing-masing
kebudayaan daerahnya, bahasa daerah, agama yang dianut dan ras.
2. Wilayah
negara yang begitu luas, terdiri dari ribuan kepualauan yang dikelilingi lautan
luas.
3. Besarnya
ancaman, tantangan, dan gangguan yang mengakibatkan lunturnya keutuhan, kesatuan,
dan persatuan bangsa baik dari luar maupun dari dalam.
4. Masih
besarnya ketimpangan dan ketidakmerataan pembangunan dan hasil-hasil
pembangunan yang menimbulkan berbagai rasa tidak puas dan keputusasaan di
kalangan masyarakat.
5. Adanya
paham “etnosentrisme” diantara beberapa suku bangsa yang menonjolkan kelebihan
budayaannya dan menganggap rendah budaya lain yang menyebabkan lemahnya
nilai-nilai budaya bangsa.
Adapun cara untuk mewujudkan atau membangun dinamika
integrasi nasional yaitu pemerintah harus membuat kebijakan yang sesuai dengan
kebutuhan dan harapan masyarakat yang disertai gaya politik kepemimpinan.
Adapaun gaya politik para pemimpin bangsa itu haruslah kharismatik, dicintai
rakyatnya, dan memiliki jasa-jasa besar dalam upaya pembangunan bagi
kesejahteraan masyarakat dan pencapaian tujuan nasional. Sehingga gaya politik
kepemimpinan dapat dipakai untuk mengembangkan integrasi bangsanya. Sementara
masyarakat juga harus mendukung pemerintah dalam pelaksanaan kebijakan
pemerintah secara sah. Selain itu juga menjalin hubungan dan kerja sama
diantara kelompok-kelompok yang berbeda dalam masyarakat.
2.5 Esensi dan Urgensi Integrasi
Nasional di Indonesia
Masyarakat
yang terintegrasi dengan baik merupakan harapan bagi setiap negara. Dikarenakan
integrasi masyarakat merupakan kondisi yang sangat diperlukan bagi negara untuk
membangun kejayaan nasional demi mencapai tujuan yang diharapkan. Ketika
masyarakat senantiasa diwarnai oleh pertentangan atau konflik, maka akan
terjadi kerugian baik kerugian berupa fisik material maupun kerugian mental
spiritual. Kerugian berupa fisik material seperti kerusakan sarana dan
prasarana yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Sedangkan, kerugian mental
spiritual seperti perasaan kekhawatiran, cemas, ketakutan, bahkan juga tekanan
mental yang berkepanjangan.
Inetgrasi
masyarakat yang sepenuhnya memang sesuatu yang tidak mungkin diwujudkan.
Dikarenakan setiap masyarakat disamping membawa potensi integrasi juga
menyimpan potensi konflik atau pertentangan. Namun apapun kondisinya, integrasi
masyarakat merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan untuk membangun kejayaan
bangsa. Kegagalan dalam mewujudkan integrasi masyarakat berarti kegagalan untuk
membangun kejayaan nasional, bahkan dapat mengancam kelangsungan hidup bangsa
dan negara yang berkesangkutan. Persamaan kepentingan, kebutuhan untuk bekerja
sama, serta konsensus tentang nilai-nilai tertentu yang merupakan potensi dalam
pengintegrasian.
Integrasi
nasional umumnya dianggap tugas penting suatu negara, apalagi negara yang baru
merdeka. Dalam negara merdeka, faktor pemerintah yang berkeabsahan merupakan
hal penting bagi pembentukan negara bangsa. Hal ini disebabkan tujuan negara
hanya akan dapat dicapai apabila terdapat suatu pemerintah yang mampu
menggerakan dan mengarahkan seluruh potensi masyarakat agar mau bersatu dan
bekerja sama. Kemampuan ini tidak hanya dapat dijalankan melalui kewenangan
menggunakan kekuasaaan fisik yang sah tetapi juga persetujuan dan dukungan
rakyatnya terhadap pemerintah itu. Jadi, diperlukan hubungan yang ideal antara
pemerintah dengan rakyatnya sesuai dengan sistem nilai dan politik yang disepakati. Integrasi
diperlukan untuk menciptakan kesetiaan baru terhadap identitas baru yang
diciptakan (identitas nasional).
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Dari makalah yang telah penulis buat, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Integrasi
nasional adalah penyatuan bangsa-bangsa yang berbeda dari suatu masyarakat
menjadi suatu keseluruhan yang lebih utuh atau memadukan masyarakat-masyarakat
kecil yang banyak menjadi satu bangsa.
2. Suatu
kelompok masyarakat dapat terintegrasi apabila masyarakat dapat menemukan dan
menyepakati nilai-nilai fundamental yang dapat dijadikan rujukan bersama.
Selain itu, jenis-jenis integrasi mencakup inetgrasi bangsa, integrasi wilayah,
integrasi nilai, integrasi elit-massa, dan integrasi tingkah laku.
3. Sumber
historis, sumber sosiologis, dan sumber politik sebagai berikut :
·
Sumber historis menyatakan bahwa sejarah menjelaskan bangsa kita
sudah mengalami pembangunan integrasi sebelum bernegara Indonesia yang merdeka.
Kemudian ada tiga model integrasi dalam sejarah perkembangan integrasi di Indonesia,
yaitu model integrasi imperium majapahit, model integrasi kolonial, dan model
integrasi nasional Indonesia.
·
Sumber merupakan perilaku sosial antara satu individu
dengan individu lain. Dalam sumber sosiologis disini, pelajar mendirikan
organisasi-organisasi pergerakan baik yang bersifat keagamaan, kepemudaan,
kedaerahan, politik, ekonomi perdagangan dan kelompok perempuan.
·
Dari
sisi politik, integrasi nasional berawal
dari proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 yang merupakan pernyataan dari
bangsa Indonesia sendiri. Pernyataan tersebut baik ke dalam maupun ke luar
bahwa bangsa ini telah merdeka, bebas dari belenggu penjajahan dan sederajat
dengan bangsa lain di dunia.
4. Cara
membangun argumen dinamika dan tantangan integrasi nasional sebagai berikut :
·
Sejak kita merdeka tahun 1945, upaya
membangun integrasi secara terus menerus dilakukan. Terdapat banyak
perkembangan dan dinamika dari integrasi yang terjadi di Indonesia. Dinamika
integrasi sejalan dengan tantangan zaman waktu itu. Dinamika itu bisa kita contohkan peristiwa
integrasi berdasarkan 5 jenis Integrasi.
·
Dalam upaya mewujudkan integrasi
nasional Indonesia, tantangan yang dihadapi datang dari dimensi horizontal dan
vertikal.
5. Integrasi
nasional umumnya dianggap tugas penting suatu negara, apalagi negara yang baru
merdeka. Dalam negara merdeka, faktor pemerintah yang berkeabsahan merupakan
hal penting bagi pembentukan negara bangsa. Hal ini disebabkan tujuan negara
hanya akan dapat dicapai apabila terdapat suatu pemerintah yang mampu
menggerakan dan mengarahkan seluruh potensi masyarakat agar mau bersatu dan
bekerja sama.
3.2 Saran
Dalam makalah
ini, kita sebagai generasi penerus bangsa diharapkan nantinya dapat menjadi
generasi yang lebih kompeten dalam mempertahankan negara Indonesia. Begitu pula
dengan pengamalan Pancasila begitu penting di dalam kehidupan berwarga negara. Walaupun
Indonesia saat ini berbeda-beda suku, ras, agama, dan budaya tetapi tetap
Indonesia adalah negara yang satu yang memiliki tujuan untuk memakmurkan negara
Indonesia. Sehingga integrasi nasional sangat diperlukan oleh negara Indonesia
karena dari integrasi nasional dapat mempersatukan perbedaan yang ada di
Indonesia. Dengan demikian adanya integrasi nasional tidak dapat meenimbulkan
konflik perpecahan yang terjadi dikarenakan perbedaan semata.
DAFTAR PUSTAKA
Komentar
Posting Komentar